Penelitian kualitatif menjadi sangat populer dan meluas keberbagai disiplin ilmu: pendidikan, sosiologi, psikologi, kedokteran, kebidanan, hukum, politik dan sebagainya. Penelitian dapat digunakan sebagai menjadi alat pendidikan bagi dirinya sendiri, menghilangkan prasaangka dan kepicikan ethnosentrisme, profesionalisme dan sebagainya.
Tiap penelitian harus memenuhi beberapa syarat:
1. harus mengikuti metode yang ketat, “ rigorous” yang secara berdisiplin berpegang teguh pada aturan-aturan tertentu agar mencapai hasil yang obyektif.
2. Harus sedapat mungkin membatasi kekeliruan dalam data yang dikumpulkan maupun dalam penafsirannya
3. Harus mempublikasikan hasil agar membuka bagi kritik dari semua pihak untuk dibantah, ditolak atau diterima
Tiap penelitian berpegang pada paradigmatertentu. Paradigma ialah suatu perangkat kepercaya-an, nilai-nilai, suatu pandangan tentang dunia sekitar. Paradigma mengarahkan peneliti.
Paradigma dapat berubah dengan timbulnya pandangan baru. Paradigma baru memberi dorongan kuat dan segar untuk mengadakan penemuan baru. Akan tetapi lambat laun paradigma itupun menjadi usang dan tidak produktif lagi untuk menemukan hal-hal yang baru, bahkan menjadi penghambat dalam usaha untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai dunia ini.
Perubahan paradigma dalam ilmu pengetahuan sering merupakan semacam revolusi dalam cara-cara berfikir yang merangsang imajinasi, harapan, kepercayaan, tapi juga risiko. Demikian pula post-positivisme dapat memandang positivisme sebagai penghalang dalam penemuan hal-hal baru dalam masalah-masalah sosial.
Setelah timbul pandangan baru, yakni bahwa peneliti dapat dengan sengaja mengadakan perubahan dalam dunia sekitar dengan melakukan berbagai eksperimen. Timbullah apa yang yang disebut dengan metode ilmiah. Orang percaya bahwa kita dapat menemukan aturan-aturan atau hukum-hukum dan prinsip-prinsip umum tentang dunia kenyataan. Hukum-hukum itu dapat ditemukan dari data empiris dengan menggunakan sampel yang luas. Masa ini disebut masa positivisme. Positivisme berpandangan; 1) realitas (hanya ada satu) dapat dipecah menjadi bagian-bagian. Hukum yang berlaku bagi yang kecil juga berlaku bagi keseluruhan, 2) Pe-ngalaman bersifat obyektif dan dapat diukur.
Ciri-ciri pandangan positivime antara lain:
1. logika eksperimen dengan memanipulasi variabel yang dapat diukur secara kuantitatif agar dapat dicari hubungan antara berbagai variabel.
2. Mencari hukum universal yang dapat meliputu semua kasus, walaupun dengan penolahan statistik dicapai tingkat probabilitas, dengan mementingkan samplin untuk mencari generalisasi.
3. Netralitas pengamatan dengan hanya meneliti gejala-gejala yang dapat diamati langsung dengan mengabaikan apa yang tidak dapat diamati dan diukur dengan instrumen yang valid dan reliabel. Netralitas memungkinkan penelitian itu direplikasi.
Kenetralan dalam penelitian sosial selalu merupakan problema dan hanya merupakan ilusi. Dalam penelitian sosial tidak ada apa yang disebut “obyektivitas”. Jadi pengetahuan sangat dipengaruhi oleh faktor sosial, historis dan nilai-nilai. Namun ini tidak berarti bahwa hasil penelitian bersifat subjektif semata-mata, oleh sebaba itu hasil penelitian harus selalu dapat dipertanggungjawabkan secara empirik, sehingga dapat dipercaya dan diandalkan.
Penelitian kualitatif pada hakikatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Untuk itu peneliti harus turun ke lapangan dan berada dalam waktu yang cukup lama. Apa yang dilakukan oleh peneliti kualitatif banyak persamaannya dengan detektif, penjelajah atau jurnalis yang memburu informasi.
Penelitian kualitatif bukanlah mencari “kebenaran” mutlak. Peneliti kualitatif mengakui adanya dunia luar dari dirinya. Akan tetapi dunia itu tidak dapat dikenalnya secara mutlak. Mau tak mau ia melihat dunia harus dari segi pandangannya, atau biasanya dari segi pandangan respondennya dan pandangan itu mungkin sekali ada perbedaannya dengan pandangan orang lain. Pandangan itu tidak semata-mata subjektif dan relativistik. “Kebenaran” menurut penelitian kualitatif ber gantung pada dunia relaitas empirik dan konsensus dalam masyarakat ilmuwan. Walaupun setiap benda menunjukkan berbagai aspek ditilik dari berbagai sudut pandang, namun ada saja aspek-aspek atau ciri-ciri yang sama dan diterima oleh semua pihak.
Ciri-ciri Penelitian Naturalistik:
1. Sumber data ialah situasi yang wajar atau “natural setting”
2. Peneliti sebagai instrumen penelitian
3. Sangat deskriptif
4. Mementingkan proses maupun produk
5. Mencari makna
6. Mengutamakan data langsung
7. Trianggulasi
8. Menonjolkan rincian kontekstual
9. Subjek yang diteliti dpandang berkedudukan sama dengan peneliti
10. Mengutamakan prespektif emic
11. Verfikasi
12. Sampling yang purposif
13. Menggunakan “audit trail”
14. Partisipasi tanpa mengganggu
15. Mengadakan analisis sejak awal penelitian
16. Disain penelitian tampil dalam proses penelitian
DISAIN PENELITIAN
Proses Penelitian Kuantitatif
Pada umumnya penelitian kuantitatif yang berdasarkan paradigma positivistik berlangsung sebagai berikut:
Ø Peneliti menaruh minat dan merasa terdorong untuk meneliti masalah tertentu yang pada mulanya masih bersifat umum. Oleh sebab itu masalah penelitian harus penting dan berarti, maka harus diketahui bagi siapa penelitian itu diperlukan, siapa yang akan memanfaatkan. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas, peneliti harus mengadakan hubungan dengan audience, selain itu peneliti mengadakan bacaan yang banyak dan up to date merupakan syarat mutlak dan untuk memperoleh pengetahuan yang luas guna mempertajam dan membatasi masalahnya sehingga lebih terarah
Ø Masalah itu lebih lanjut diuraikan dalam beberapa sub masalah yang sering akan melahirkan hipotesis. Dengan analisis selanjutnya peneliti memperoleh sejumlah pertanyaan pokok dalam penelitian itu. Dengan demikian peneliti akan memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data yang diperlukan.
Ø Peneliti memilih metode yang sesuai guna memecahkan masalah itu sambil mempertimbang-kan unsur-unsur subyektifitasnya.
Ø Sebelum memasuki lapangan peneliti perlu menentukan populasi dan menetapkan sampel. Peneliti menguraikan dan menjelaskan variabel-variabel sampai tarap operasionalnya guna mengembangkan instrumen yang mempunyai validitas konstruk
Ø Setelah alat penelitian diuji coba dan disempurnakan dan setelah peneliti memilih sampel yang representatif maka ia memasuki lapangan untuk mengumpulkan data
Ø Data itu setelah terkumpul dianalisis dengan menggunakan statistik, karena banyak penelitian kuantitatif menguji hipotesis dengan mencari segnifikansi koefisien korelasi
Ø Selanjutnya menulis laporan, dengan demikian berakhirlah penelitian itu.
Proses tersebut di atas mengikuti prosedur yang rigit, langkah demi langkah hingga selesai.
Proses Penelitian dengan Paradigma Naturalistik
Disain penelitian bergantung pada proses penelitian. Proses penelitian naturalistik dapat digambar kan dalam bagan sebagai berikut:
* Peneliti * Audience
@ Topik umum
@ Pertanyaan umum
@ Informasi yang diperlukan
@ Memilih metode pengumpulan data
- observasi, wawancara, dokumen, bacaan
- mempertimbangkan subyektivitas
@ Memasuki lapangan

-
membuat catatan

- sampling purposif
- triangulasi, verifikasi
@ Analisis data


Rus: Disain sirkuler

Laporan berdasarkan catatan @
lapangan
Perbandingan Disaian Penelitian Kuantitatif dengan Penelitian Kualitatif
Disaian penelitian kuantitatif | Disaian penelitian kualitatif |
Disaian terinci dan mantap Disain direncanakan sebelumnya pada taraf persiapan Mengemukakan hipotesis sebelumnya, yang akan diuji kebenarannya Hipotesis menentukan hasil yang diharapkan; hasil telah diramalkan apriori; hasil penelitian telah terkandung dalam hipotesis. Jumlah variabel terbatas. Dalam disain jelas langkah-langkah penelitian serta hasil yang diharapkan Analisis data dilakukan setelah semua data ter- kumpul, jadi pada tahap akhir. | Disain tidak terinci, fleksibel, timbul, serta ber kembang sambil jalan antara lain mengenai tujuan, subyek, sampel, sumber data Disain sebenarnya baru diketahui dengan jelas setelah penelitian selesai Tidak mengemukakan hipotesis sebelumnya; hi potesis lahir sewaktu penelitian dilakukan: hipotesis berupa “hunches”, petunjuk yang bersifat sementara dan dapat berubah; hipotesis berupa pertanyaan yang mengarahkan pengumpulan data Hasil penelitian terbuka, tidak diketahui sebelum nya, karena jumlah variabel tidak terbatas Disain fleksibel, langkah-langkah tidak dapat dipas tikan sebelumnya dan hasil penelitian tidak dapat diketahui atau diramalkan sebelumnya Analisis data dilakukan sejak mulanya bersamaan dengan pengumnpulan data, walaupun analisis akan lebih banyak pada tahap-tahap kemudian. |
Unsur-unsur disaian
Menurut Bogdan dan Biklen dalam penyusunan disaian penelitian dapat diikuti petunjuk sebagai berikut:
1. Menentukan fokus penelitian
2. Menentukan paradigma penelitian
3. Menentukan kesesuaian paradigma dengan teori
4. Menentukan sumber data, lokasi para responden
5. Menentukan tahap-tahap penelitian
- tahap orientasi
- tahap eksplorasi
- tahap “member check”
6. Menentukan instrumen penelitian
7. Rencana pengumpulan data dan pencatatannya
8. Rencana analisis data
9. Rencana logistik
10. Rencana mencapai tingkat kepercayaan akan kebenaran penelitian
11. Merencanakan lokasi
12. Menghormati etika penelitian
13. Rencana penelitian dan penyelesaian penelitian
MEMASUKI LAPANGAN
Dalam penelitian naturalistik peneliti harus langsung mengumpulkan data dalam situasi yang sesungguhnya. Oleh sebab itu ia harus turun sendiri ke lapangan
Menentukan lokasi situasi sosial
Langkah pertama dalam memasuki lapangan ialah menetukan lokasi situasi sosial. Tiap situasi sosial mengandung tiga unsur, yakni adanya tempat, pelaku, dan kegiatan
Ø Tempat ialah tiap lokasi di mana manusia melakukan sesuatu. Peneliti dapat memulai dengan satu lokasi dan dipelajari secara mendalam, setelah itu ia memilih lokasi lain, untuk memperoleh bahan perbandingan , untuk menemukan persamaan. Setelah itu ia pindah ke tempat selanjutnya sampai ia cukup tuntas dalam memburu data.
Ø Pelaku ialah semua orang yang terdapat dalam lokasi itu, dan adakalanya tidak diketahui dengan jelas siapa pelaku sebenarnya dalam situasi itu.
Ø Kegiatan ialah apa yang dilakukan orang dalam situasi sosial itu. Banyak yang dilakukan orang sehingga pada mulanya peneliti seakan-akan dibanjiri oleh berbagai macam kegiatan yang mungkin relevan. Mungkin tidak relevan dengan penelitiannya. Akan tetapi bila observasi cukup lama atau sering dilakukan , maka timbul pola kegiatan orang dalam situasi itu.
Berbagai situasi sosial dapat berhubungan
- hubungan itu terdapat karena kegiatan-kegiatan berlangsung dilokasi yang sama
- hubungan dapat juga terjadi oleh sebab dilakukan oleh satu orang
- hubungan dapat pula terjadi dengan adanya fokus pada satu kegiatan.
Jadi hubungan antara berbagai kegiatan terjadi karena kesamaan tempat, pelaku atau kegiatan
Berbagai hal yang perlu diperhatikan
Pada umumnya peneliti harus memperhatikan empat hal:
Ø usaha agar dapat memasuki lapangan dengan mengadakan hubungan informal dan formal sebelumnya
Ø memperoleh izin dari instansi atau tokoh yang berwenang
Ø usaha untuk memupuk dan memelihara rasa kepercayaan orang di lapangan
Ø mengidentifikasi informan, yaitu orang yang dapat memberikan informasi yang diperlukan
Usaha memasuki lapangan
Memasuki lapangan penelitian berbeda-beda tingkat kemudahannya, ada yang mudah sekali dan ada juga yang sangat sulit tergantung dari situasi sosial lokasi penelitian. Semakin sederhana situasi sosial akan lebih mudah begitu sebaliknya semakin kompleks situasi sosial akan semakin sulit untuk memasukinya. Untuk menghindari kesulitan-kesulitan yang mungkin terjadi maka peneliti sebelum memasuki lapangan terlebih dahulu harus meminta izin pada instansi/jawatan yang berwenang, boleh dikatakan bahwa tiap lapangan penelitian banyak “penjaga pintu gerbang”nya atau “gate keepers” yang harus dilalui, yang formal maupun tak formal. Mereka semua berusaha menjaga nama baik instansi/jawatannya. Mereka tak mau dirugikan, malahan ingin memperoleh keuntungan. Maka kerjasama yang baik merupakan syarat mutlak atas keberhasilan penelitian. Mereka dapat menhindari peneliti untuk memasuki daerah yang sensetif atau bahkan diberikan kesempatan yang seluas-luasnya tergantung kemampuan bernegosiasi peneliti itu sendiri sehingga dapat menembus tembok-tembok rintangan. Apakah ini akan tercapai banyak bergantung pada sikap peneliti sendiri.
Sikap peneliti
Peneliti memasuki lokasi bukan sebagai inspektur atau orang yang lebih terpelajar yang istimewa berkat adanya surat izin, karena itu jangan menonjolkan diri, bahkan berusaha agar sedapat mungkin tetap sopan dan rendah diri tanpa menarik perhatian.
Peneliti datang ke lapangan bukan saja dalam rangka “studying people” tetapi juga “learning from people”. Disamping menelaah manusia ia juga belajar dari manusia yang ditelaahnya. Untuk itu jangan memandang sumber data sebagai objek atau subjek penelitian akan tetapi sebagai responden atau informan yang memiliki kedudukan sebagai teman sejawat. Ia hendaknya jangan menonjolkan perannya sebagai peneliti, agar ia lebih mudah menyatu dengan mereka.
Usaha mengadakan hubungan baik
Mengingat posisinya yang demikian itu, penciptaan rapport merupakan prasyarat yang amat penting. Kita tidak dapat berharap untuk memperoleh informasi secara produktif dari mereka apabila tidak tercipta hubungan yang harmonis yang saling mempercayai antara pihak peneliti dengan yang diteliti.
Usaha untuk menciptakan rapport yang membuat informan bisa menjadi semacam co-researcher, menurut Spradley, lazimnya mengalami empat tahap:
1. Apprehension; biasanya ditandai oleh rasa asing satu dengan yang lain. Untuk itu peneliti dituntut untuk mempersering frekuensinya kontak personal, menunjukkan simpati, minat, dan perhatian terhadap dunia sehari-hari informan/subjek penelitian.
2. Exploratiom biasanya ditandai oleh upaya saling uji coba untuk mengenali “siapa” dan “bagaimana” satu dengan yang lain, masing-masing saling mendengar, memperhatikan dan menguji guna mengenali “identitas/pribadi” masing-masing dan untuk menjajagi fisibilitas untuk saling bekerja sama
3. Cooperation; ditandai oleh munculnya saling mempercayai, sirna kecurigaan diantara peneliti-informan, masing-masing telah saling memahami minat dan harapan timbal balik diantara kedua pihak. Setelah memasuki tahap ini, peneliti sudah dapat lebih produktif dan terkendali/terarah menggali dan melacak informasi yang luas dan mendalam.
4. Participation; ditandai oleh kesadaran informan bahwa ia merupakan “guru” peneliti atau “nara sumber” bagi peneliti dalam menyelesaikan penelitiannya. Karenanya informan tidak lagi harus merespon pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti, tetapi juga bersama-sama peneliti mengidentifikasi hal-hal yang diperlukan peneliti.
METODE PENGUMPULAN DATA
Data dari Lapangan
Dalam penelitian naturalistik data dikumpulkan terutama oleh peneliti sendiri secara pribadi (instrumen utama) dengan memasuki lapangan serta berusaha sendiri mengumpulkan informasi melalui observasi atau wawancara. Wawancara yang dilakukannya sering bersifat terbuka dan tak berstruktur. Ia tidak menggunakan tes standard atau instrumen lain yang diuji validitasnya. Ia mengobservasi apa adanya dalam kenyataan . Ia mengajukan pertanyaan dalam wawancara menurut perkembangan wawancara itu secara wajar berdasarkan ucapan dan buah pikiran yang dicetuskan oleh orang yang diwawancari itu. Setiap kali ia harus merumuskan pertanyaan baru berkenaan dengan apa yang dikatakan oleh responden. Ia tidak dapat meramalkan kearah mana wawancara itu akan berkembang . Tentu saja pertanyaan yang diajukan bergantung pada tanggapan tentang ucapan responden serta tujuan penelitian. Oleh karena itu dikatakan peneliti itulah kunci atau instrumen utama dalam penelitian naturalistik
Metode naturalistik sangat mengutamakan manusia sebagai instrumen penelitian oleh sebab itu mempunyai adaptibilitas yang tinggi, jadi manusia dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah yang dihadapi dalam penelitian itu.
Data yang diperoleh melalui wawancara senantiasa dapat diperhalus, dirinci dan diperdalam. Maka karena itu disebut “soft data”, karena masih selalu dapat mengalami perubahan Data melalui observasi dan wawancara tidak segera dianggap mantap bila diperoleh hanya dari satu sumber. Data itu masih “lunak” dan tidak segera dipandang sebagai fakta “keras” yang tak dapat disangkal kebenarannya. Maka karena ia setiap data perlu lagi dichek dan dibandingkan dengan data yang diperoleh dari beberapa sumber lain. Dalam hal inilah manusia saebagai alat paling serasi.
Manusia sebagai alat penelitian
Dalam penelitian naturalistik tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa segala sesuatu belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, data yang akan dikumpulkan, hipotesis yang akan digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semua tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan serba tak pasti dan jelas itu tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri satu-satunya alat yang dapat menghadapinya.
Peneliti sebagai instrumen penelitian serasi untuk penelitian serupa ini karena mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Peneliti sebagai alat, peka dan dapat dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus
3. Tiap situasi merupakan suatu keseluruhan. Tidak ada instrumen berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan.
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata-mata. Untuk memahaminya kita sering perlu merasakannya, menyelaminya berdasarkan penghayatan kita.
5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika
6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan segera menggunakannya sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau penolakan
7. Dalam penelitian dengan menggunakan test atau angket yang bersifat kuantitatif yang diutamakan adalah respon yang dapat dikuantifikasi agar dapat diolah secara statistik, sedangkan yang menyimpang dari itu tidak dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrumen , respon yang aneh, yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain daripada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diselidiki.
Observasi
Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dengan berbagai alat, diantaranya alat yang sangat canggih sehingga dapat diobsrvasi benda-benda yang sekecil-kecilnya atau yang sejauh-jauhnya. Namun betapapun canggihnya alat yang digunakan, tujuannya satu, yakni mengumpulkan data melalui observasi.
Bila kita ingin mengenali dunia sosial, kita harus memasuki dunia itu. Kita harus hidup dikalangan manusia, mempelajari bahasanya, melihat dengan mata kepala sendiri apa yang terjadi, mendengarkan dengan telinga sendiri apa yang dikatakan orang. Lihat dan dengar, catata apa yang dilihat dan didengar, catat apa yang mereka katakan, pikirkan dan rasakan.
Pengamatan; rasanya setiap orang dapat melakukannya. Namun untuk keperluan penelitian pengamatan itu harus dilatih agar dapat melihat dan mengumpulkan data yang relevan dengan masalah yang diteliti. Ternyata bahwa mengobservasi bukan kegiatan mudah, karena mengandung hal-hal yang pelik:
Ø tidak ada pengamatan dua orang sama. Betapapaun dilatih, pengamatan dua orang itu selalu saja ada perbedaannya.
Ø Mengadakan pengamatan bukan proses pasif di mana kita hanya mencatat apa yang terjadi seperti halnya dengan kamera, seakan-akan kita berada di luar dan terpisah dari dunia yang kita amati. Mengadakan observasi adalah proses aktif; berbuat sesuatu, memilih apa yang diamati, ada yang diamati ada pula yang tidak dihiraukan. Jadi kita tidak netral dan terpisah dari apa yang kita amati. Kita terlibat di dalamnya secara aktif. Hanya apa yang kita amati menjadi data bagi penelitian.
Dengan demikian dapat kita pahami bahwa tidak ada pengamatan yang lengkap karena pengamatan adalah kegiatan selektif. Tak mungkin kita mengamati segala sesuatu, sekalipun kita berusaha mengamati sebanyak mungkin
Dalam setiap pengamatan harus selalu dikaitkan dua hal, yakni informasi dan konteks. Segala sesuatu terjadi dalam dimensi waktu dan tempat tertentu. Informasi yang dilepas dengan konteksnya akan kehilangan makna.
Pada
06.58
0 Komentar untuk DASAR-DASAR DAN CIRI METODE PENELITIAN KUALITATIF/NATURALISTIK